NAMA : ELVI WIRDA YANTI
NPM : 156211142
TUGS KE : 1 (Pertama)
MATA KULIAH : LINGUISTIK UMUM
DOSEN : ERMAWATI SULAIMAN S.Pd M.A
3.3 BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA
Objek kajian linguistik mikro adalah
strukturintem bahasa atau sosok bahsa itu sendiri; sedangkan kajian linguistik
makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Oleh
karna itu hal-hal yang menjadi objek kajian linguistik makro itu sangat luas
dan beragam. Seperti penerjemahan,
penyusun kamus, pendidikan bahasa.
3.3.1 Masyarakat Bahasa
Kata masyarakat biasanya di artikan
sebagai sekelompok orang (dalam jumlah yang banyak relatif), karna itu biasanya
disebutkan masyarakat indonesia, msyarakat betawi, masyarakat rt 001, atau juga
masyarakateropa. Akhirnya tentang masyrakat bahasa ini ada masalah, bagaimana
dengan masyarakat yang belingual atau mutilingual, yaitu bahasa indinesia, ada
pula bahasa-bahasa daerah. Orang indonesia pad umumnya adalah bilingual, yaitu
menggunakan bahasa indonesia dan menggunakan bahsa daerahnya. Maka oleh karna
itu banyak orang indonesia menjadi anggota masyarakat bahasa yang berbeda.
3.3.2 Variasi dan Status Sosial Bahasa
Bahasa itu bervariasi karna anggota
masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan
untuk keperluan yang beragam-ragam pula. Dalam beberapa masyarakat tertentu ada
semacam kesepakatan untuk membedakan adanya dua macam variasi bahasa yang
dibedakan berdasarkan status pemakaiannya.
3.3.3 Penggunaan Bahasa
Adanya berbagai macam dialek dan ragam
bahsa menimbukan masalah, bagaimana kita harus menggunakan bahasa itu di dalam masyarakat. Umpanya dalam
bahasa indonesia ada disebutkan bahwa kata ganti orang kedua dalam bahasa
indonesia adalah kamu atau engkau.
3.3.4 Kontak Bahasa
Indonesia adalah negara yang
multilingual. Selain bahasa indonesia yang digunakan secara nasional, terdapat
pula ratusan bahasa daerah, besar maupun kecil, yang digunakan oleh para
anggota mastrakat bahasa daerah itu untuk keperluan yang bersifat kedaerahan.
Namun di samping itu banyak pula yang hanya menguasai satu bahasa. Orang yang
hanya menguasai satu bahasa disebut monolingual,
unilingual, atau monoglot; yang
menguasai dua bahasa disebut bilingual;
sedangkan yang menguasai lebih dari dua bahasa disebut multilingual, plurilingual, atau poliglot.
3.3.5 Bahasa dan Budaya
Satu lagi yang menjadi objek kajian
linguistik makro adalah mengenai hubungan bahasa dengan budaya atau kebudayaan.
Dalam sejarah linguistik ada satu hipotesis yang sangat terkenal mengenai
hubungan bahasa dan kebudayaan ini. Jadi, bahasa itu menguasai cara berpikir
dan bertindak manusia. Misalnya, katanya, dalam bahsa-bahasa yang mepunya
kategori kala atau waktu, masyarakat penuturnya sangat menghargai dan sangat
terikat oleh waktu.
3.4 KLASIFIKASI BAHASA
Klasifikasi dilakukan dengan melihat
kesamaan ciri yang ada pada seiap bahasa. Bahasa yang bersifat Universal, bahasa yang mempunyai kesamaan ciri
dimasukkan dalam satu kelompok. Pendekatan genetis hanya melihat garis
keturunan bahasa itu; hasilnya disebut klasifikasi genetis atau geneologis. Sedangkan pendekatan
sosiolinguistik membuat klasifikasi berdasarkan hubungan bahasa itu dengan
keadaan masyarakat.
3.4.1
Klasifikasi Genetis
Klasifikasi genetis, disebut juga
klasifikasi geneologis, dilakukan berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa
itu. Artinya suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua.
Kemudian bahasa-bahasa lain itu akan menurunkan lagi bahasa-bahasa pecahan
berikutnya. Umpamanya, katakanlah ada bahasa proto A. Bahasa A ini , misalnya ,
terpecah dan menurunkan tiga bahasa baru, yaitu bahasa A1, A2, dan A3. kemudian
bahasa-bahasa A1,A2, dan A3 ini pecah lagi dan menurunkan bahasa-bahasa baru.
Klasifikasi genetis dilakukan
berdasarkan kriteria bunyi dan arti. Oleh karna itu, klasifikasi genetis bisa
dikatakan merupakan hasil perkerjaan linguistik historis komparatif.
Klasifikasi genetis ini menunjukan bahwa perkembangan bahasa-bahasa di dunia
ini bersifat divergensi, yakni memecah dan menyebar menjadi banyak.
3.4.2 Klasifikasi Tipologis
Klasifikasi tipologis dilakukan
berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa.
Klasifkasi tipologi ini telah banyak dilakukan orang, dan hasilnya pun tidak
sedikit.
Klasifiksi pada tataran morfologi
yang telah dilaakukan pada abad XIX secara garis besar dapat dibagi kelompok,
yaitu:
Kelompok pertama, adalah yang semata-mata menggunkan
bentuk bahasa sebagai dasar klasifikasi. Yang mula-mula mengusulkan klasifikasi
morfologi ini adalah Fredrich Von Schlegel. Dia membagi bahasa-bahasa di dunia
ini pada tahun 1808 menjadi dua kelompok.
Kelompok kedua, adalah yang menggunakan akar kata
sebagai dasar klasifikasi. Tokohnya, antara lain, Franz Bopp, yang membagi
bahasa-bahasa di dunia.
Kelompok ketiga, adalah yang menggunakan bentuk
sintaksis sebagai dasar klasifikasi. Pakarnya, anatara lain, H.Steinthal yang
membagi bahasa-bahasa di dunia.
Di samping yang sudah dibicarakan di
atas masih ada klasifikasi tipologi yang berdasarkan tipe-tipe fonologi, urutan
fungsi(subyek, predikat, objek) di dalam kalimat, dan sebagainya. Tentunya di
dalam buku yang bersifat umum ini tidak dapat di bicarakan.
3.4.3 Klasifikasi Areal
Kalisifikasi areal dilkukan
berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa
yang lain di dalam suatu areal atau wilayah. Klasifikasi ini besifat arbiter
karna dalam kontak sejarah bahasa-bahasa itu memberikan pengaruh timbal-balik
dalam hal-hal tertemtu yang terbatas. Klasifikasi ini pun bersifat
nonekshaustik, sebab masih banyak bahasa-bahasa ini didunia ini yang masih
bersifat tertutup, dalam arti belum menerima unsur-unsur luar.
3.4.4 klasifikasi Sosiolinguistik
Klasifikasi sosiolinguistik di
lakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku
dalam masyarakat. Historisitas berkenan
dengan sejarah perkembangan bahasa atau sejarah pemakaian bahasa itu.
Klasifikasi sosiolinguistik ini bukan satu-satunya klasifikasi sosiolinguistik,
sebab kita bisa mempersoalkan bagaimana, misalnya, keadaan dan status bahasa-bahasa
yang ada diindonesia dan di beberapa negara-negara di kawasan Asia yang begitu
kompleks.
3.5 BAHASA TULIS DAN SISTEM AKSARA
Bahasa adalah sebuah sistem bunyi,
jadi Bahasa itu adalah apa yang di lisankan. Namun, linguistik sebenarnya juga tidak
menutup diri terhadap bahasa tulis, sebeb seperti sudah di sebutkan juga pada
bagian terdahulu bahwa apa pun yang berkenan dengan bahasa adalah juga menjadi
objek linguistik; padahal bahasa tulis dekat sekali hubungannya dengan bahasa.
Bahasa tulis pun sebenarnya merupakan “rekaman” bahasa lisan, sebagai usaha
manusia untuk “menyimpan” bahasanya atau untuk bisa disampingkan kepada orang
lain yang berada dalam ruang dan waktu yang berbeda.
Bahasa tulis bukan lah bahasa lisan
yang dituliskan seperti yang terjadi dengan kalau kita merekambahasa lisan itu
ke dalam pita rekaman. Bahasa tulis sudah dibuat orang dengan pertimbangan dan
pemikiran, sebab kalau tidak hati-hati, tanpa pertimbangan.
Dalam pembicaraan mengenai bahasa
tulis dan tulisan kita menemukan istilah-istilah huruf, abjad, aksara, graf, grafem, alograf, dan juga kaligrafi. Huruf adalah istilah istilah umum graf dan grafem. Abjad
atau alfabet adalah urutan
huruf-huruf dalam suatu sistem aksara. Dalam kehidupan manusia aksara ternyata
tidak hanya dipakai untuk keperlun menulis dan membaca, tetapi juga telah
berkembang menjadi suatu karya seni yang di sebut kaligrafi.
Ada pendapat umum yang menyatakan bawa ejaan yang ideal
adalah ejaan yang melambangkan tiap fonem hanya dengan satu huruf atau sebaliknya
setiap huruf yang dipakai untuk melambangkan satu fonem. Namun, tampaknya ejaan
bahasa indonesia masih jauh lebih baik dari pada ejaan bahsa inggris.