Jumat, 11 September 2015

bahasa dan faktor luar bahasa


NAMA              : ELVI WIRDA YANTI
NPM                : 156211142
TUGS KE          : 1 (Pertama)
MATA KULIAH : LINGUISTIK UMUM
DOSEN             : ERMAWATI SULAIMAN S.Pd M.A

3.3       BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA
            Objek kajian linguistik mikro adalah strukturintem bahasa atau sosok bahsa itu sendiri; sedangkan kajian linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Oleh karna itu hal-hal yang menjadi objek kajian linguistik makro itu sangat luas dan beragam.  Seperti penerjemahan, penyusun kamus, pendidikan bahasa.
3.3.1    Masyarakat Bahasa
            Kata masyarakat biasanya di artikan sebagai sekelompok orang (dalam jumlah yang banyak relatif), karna itu biasanya disebutkan masyarakat indonesia, msyarakat betawi, masyarakat rt 001, atau juga masyarakateropa. Akhirnya tentang masyrakat bahasa ini ada masalah, bagaimana dengan masyarakat yang belingual atau mutilingual, yaitu bahasa indinesia, ada pula bahasa-bahasa daerah. Orang indonesia pad umumnya adalah bilingual, yaitu menggunakan bahasa indonesia dan menggunakan bahsa daerahnya. Maka oleh karna itu banyak orang indonesia menjadi anggota masyarakat bahasa yang berbeda.
3.3.2    Variasi dan Status Sosial Bahasa
            Bahasa itu bervariasi karna anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam-ragam pula. Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk membedakan adanya dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya.
3.3.3    Penggunaan Bahasa
            Adanya berbagai macam dialek dan ragam bahsa menimbukan masalah, bagaimana kita harus menggunakan  bahasa itu di dalam masyarakat. Umpanya dalam bahasa indonesia ada disebutkan bahwa kata ganti orang kedua dalam bahasa indonesia adalah kamu atau engkau.


3.3.4    Kontak Bahasa
            Indonesia adalah negara yang multilingual. Selain bahasa indonesia yang digunakan secara nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah, besar maupun kecil, yang digunakan oleh para anggota mastrakat bahasa daerah itu untuk keperluan yang bersifat kedaerahan. Namun di samping itu banyak pula yang hanya menguasai satu bahasa. Orang yang hanya menguasai satu bahasa disebut monolingual, unilingual, atau monoglot; yang menguasai dua bahasa disebut bilingual; sedangkan yang menguasai lebih dari dua bahasa disebut multilingual, plurilingual, atau poliglot.
3.3.5    Bahasa dan Budaya
            Satu lagi yang menjadi objek kajian linguistik makro adalah mengenai hubungan bahasa dengan budaya atau kebudayaan. Dalam sejarah linguistik ada satu hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan ini. Jadi, bahasa itu menguasai cara berpikir dan bertindak manusia. Misalnya, katanya, dalam bahsa-bahasa yang mepunya kategori kala atau waktu, masyarakat penuturnya sangat menghargai dan sangat terikat oleh waktu.
3.4       KLASIFIKASI BAHASA
            Klasifikasi dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang ada pada seiap bahasa. Bahasa yang bersifat Universal,  bahasa yang mempunyai kesamaan ciri dimasukkan dalam satu kelompok. Pendekatan genetis hanya melihat garis keturunan bahasa itu; hasilnya disebut klasifikasi  genetis atau geneologis. Sedangkan pendekatan sosiolinguistik membuat klasifikasi berdasarkan hubungan bahasa itu dengan keadaan masyarakat.
3.4.1 Klasifikasi Genetis
            Klasifikasi genetis, disebut juga klasifikasi geneologis, dilakukan berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa itu. Artinya suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua. Kemudian bahasa-bahasa lain itu akan menurunkan lagi bahasa-bahasa pecahan berikutnya. Umpamanya, katakanlah ada bahasa proto A. Bahasa A ini , misalnya , terpecah dan menurunkan tiga bahasa baru, yaitu bahasa A1, A2, dan A3. kemudian bahasa-bahasa A1,A2, dan A3 ini pecah lagi dan menurunkan bahasa-bahasa baru.
            Klasifikasi genetis dilakukan berdasarkan kriteria bunyi dan arti. Oleh karna itu, klasifikasi genetis bisa dikatakan merupakan hasil perkerjaan linguistik historis komparatif. Klasifikasi genetis ini menunjukan bahwa perkembangan bahasa-bahasa di dunia ini bersifat divergensi, yakni memecah dan menyebar menjadi banyak.



3.4.2    Klasifikasi Tipologis
            Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa. Klasifkasi tipologi ini telah banyak dilakukan orang, dan hasilnya pun tidak sedikit.
            Klasifiksi pada tataran morfologi yang telah dilaakukan pada abad XIX secara garis besar dapat dibagi kelompok, yaitu:
Kelompok pertama, adalah yang semata-mata menggunkan bentuk bahasa sebagai dasar klasifikasi. Yang mula-mula mengusulkan klasifikasi morfologi ini adalah Fredrich Von Schlegel. Dia membagi bahasa-bahasa di dunia ini pada tahun 1808 menjadi dua kelompok.
Kelompok kedua, adalah yang menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi. Tokohnya, antara lain, Franz Bopp, yang membagi bahasa-bahasa di dunia.
Kelompok ketiga, adalah yang menggunakan bentuk sintaksis sebagai dasar klasifikasi. Pakarnya, anatara lain, H.Steinthal yang membagi bahasa-bahasa di dunia.
            Di samping yang sudah dibicarakan di atas masih ada klasifikasi tipologi yang berdasarkan tipe-tipe fonologi, urutan fungsi(subyek, predikat, objek) di dalam kalimat, dan sebagainya. Tentunya di dalam buku yang bersifat umum ini tidak dapat di bicarakan.
3.4.3    Klasifikasi Areal
            Kalisifikasi areal dilkukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu areal atau wilayah. Klasifikasi ini besifat arbiter karna dalam kontak sejarah bahasa-bahasa itu memberikan pengaruh timbal-balik dalam hal-hal tertemtu yang terbatas. Klasifikasi ini pun bersifat nonekshaustik, sebab masih banyak bahasa-bahasa ini didunia ini yang masih bersifat tertutup, dalam arti belum menerima unsur-unsur luar.
3.4.4    klasifikasi Sosiolinguistik
            Klasifikasi sosiolinguistik di lakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat. Historisitas berkenan dengan sejarah perkembangan bahasa atau sejarah pemakaian bahasa itu. Klasifikasi sosiolinguistik ini bukan satu-satunya klasifikasi sosiolinguistik, sebab kita bisa mempersoalkan bagaimana, misalnya, keadaan dan status bahasa-bahasa yang ada diindonesia dan di beberapa negara-negara di kawasan Asia yang begitu kompleks.



3.5       BAHASA TULIS DAN SISTEM AKSARA
            Bahasa adalah sebuah sistem bunyi, jadi Bahasa itu adalah apa yang di lisankan. Namun, linguistik sebenarnya juga tidak menutup diri terhadap bahasa tulis, sebeb seperti sudah di sebutkan juga pada bagian terdahulu bahwa apa pun yang berkenan dengan bahasa adalah juga menjadi objek linguistik; padahal bahasa tulis dekat sekali hubungannya dengan bahasa. Bahasa tulis pun sebenarnya merupakan “rekaman” bahasa lisan, sebagai usaha manusia untuk “menyimpan” bahasanya atau untuk bisa disampingkan kepada orang lain yang berada dalam ruang dan waktu yang berbeda.
            Bahasa tulis bukan lah bahasa lisan yang dituliskan seperti yang terjadi dengan kalau kita merekambahasa lisan itu ke dalam pita rekaman. Bahasa tulis sudah dibuat orang dengan pertimbangan dan pemikiran, sebab kalau tidak hati-hati, tanpa pertimbangan.
            Dalam pembicaraan mengenai bahasa tulis dan tulisan kita menemukan istilah-istilah huruf, abjad, aksara, graf, grafem, alograf, dan juga kaligrafi. Huruf adalah istilah istilah umum graf dan grafem. Abjad atau alfabet adalah urutan huruf-huruf dalam suatu sistem aksara. Dalam kehidupan manusia aksara ternyata tidak hanya dipakai untuk keperlun menulis dan membaca, tetapi juga telah berkembang menjadi suatu karya seni yang di sebut kaligrafi.
Ada pendapat umum yang menyatakan bawa ejaan yang ideal adalah ejaan yang melambangkan tiap fonem hanya dengan satu huruf atau sebaliknya setiap huruf yang dipakai untuk melambangkan satu fonem. Namun, tampaknya ejaan bahasa indonesia masih  jauh  lebih baik dari pada ejaan bahsa inggris.